Pencapaian yang Tak Lagi Bermakna
Aku pernah berpikir bahwa pencapaian dalam hidup adalah tentang kebahagiaan. Tentang senyum bangga, pelukan hangat, dan banyaknya word of affirmations yang kudapatkan, “Selamat, anakku tersayang, cintaku, harapanku, belahan jiwaku.” Haha, dulu aku selalu dipanggil begitu— bucin banget ya, ibuku... Belum lagi deretan status WhatsApp yang mengutarakan kebanggaan, padahal pencapaian belum seberapa. Tapi hidup mengubah segalanya. Sejak Ibu pergi, arti pencapaian ikut terkikis bersama kepergiannya. Ibu selalu menjadi sosok yang paling mengapresiasi setiap usahaku, sekecil apa pun. Ia tak pernah setengah-setengah dalam mendukungku. Ibu adalah orang pertama yang percaya bahwa aku bisa, bahkan ketika aku sendiri ragu. Ia selalu hadir sepenuhnya—dengan pelukan, semangat, dan doa tanpa henti. Setiap pencapaian yang kuperoleh selalu disambutnya seolah itu adalah pencapaian terbesar di dunia. Aku ingat betul, di H-1 sebelum Ibu pergi untuk selamanya—saat beliau sedang kritis—aku baru...