Forever In My Heart, Ibu! - Part 1

Ibu... Hari ini, Amel kembali berada di rumah masa kecil kita. Di malam yang sendu ini, rumah itu mengingatkan Amel akan semua kenangan bersama ibu. Hampir setahun berlalu, dan kadang Amel masih merasa takut untuk membuka chat dan foto-foto kita yang dulu. It feels like something is missing without you, Ibu...

Ibu, Amel sangat merindukan panggilan manja ibu yang selalu membuat Amel merasa spesial. Ibu yang selalu bangga, bahkan dengan pencapaian Amel yang mungkin tak seberapa. I miss that pride in your eyes, ibu. Amel kangen bangeeeetttt sama ibu, ga ada lagi deh yang banggain pencapaian-pencapaian kecil amel hahaa walaupun dulu suka lebay. No one do that sayangkuu!

Ibu, maafkan Amel jika belum bisa menjadi yang terbaik untuk ibu. Amel ingin ibu hidup sehat lebih lama, tapi Amel tidak bisa menentang kehendak Allah, qadarullah yah bu... amel setiap hari belajar ikhlas. No one can replace you, sayang. No one will ever love me the way you did, Ibu. Sayangku, cintaku, harapanku, belahan jiwaku... Itu panggilan kita dulu, kan sayang? Amel akan selalu mengingat itu... Ternyata panggilan panjang itu benar adanya, ibu benar-benar belahan jiwa amel dan rasanya hati amel saat ini tidak utuh lagi....

"Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji'un."
(Sesungguhnya kami milik Allah, dan kepada-Nya-lah kami kembali) - QS. Al-Baqarah: 156

Sayang, Amel ingin sekali mendengar suara ibu, tapi Amel tak punya rekaman suara ibu. Setiap hari, Amel semakin lupa bagaimana suara ibu, dan itu membuat hati ini semakin sakit. Ibu, your voice is fading from my memory, and that makes me so sad.

Di rumah masa kecil kita ini, Amel duduk dan mengenang setiap momen bersama ibu. Amel tak ingin melupakan semua kenangan indah itu, jadi biarkanlah tulisan ini menjadi salah satu catatan cinta kita, ibu. May this blog serve as a cherished record of the beautiful moments we shared together.

Mungkin ingatan Amel hanya bisa dimulai dari usia tiga tahun. Ibu, apakah kamu ingat saat Amel terjatuh dan kepala Amel terbentur dinding kamar mandi? Saat itu ibu sepertinya mengenakan baju merah, berlari panik karena khawatir. You rushed to help me, Ibu, and took me to the doctor ASAP dengan muka ibu yang penuh kekhawatiran.

Saat Amel berusia tiga tahun, ibu juga mengajak Amel ke studio foto. Walaupun Amel nangis terus, jadinya semua fotonya amel mewek deh hehe

Ketika Amel berusia empat tahun, Amel mulai merengek ingin sekolah. Tapi ibu tak bisa menemani Amel di TK, jadi ibu membawaku ke rumah Bu Warni untuk mendaftar sekolah dasar di usia 4,5 tahun. It started with you just wanting to register me, but I ended up staying and moving up every year, all thanks to your love and support.

Ibu, saat Amel masuk SD, kita selalu berangkat pagi buta sebelum subuh. Ibu memilihkan tempat duduk terbaik untuk Amel, bahkan berebutan dengan ibu-ibu lainnya. You always made sure I had the best seat in class, memastikan amel ada pada jarang pandang terbaik ke papan tulis.

Di kelas 2 SD, kita masih berangkat pagi-pagi sekali untuk memastikan Amel mendapatkan tempat duduk yang strategis. Amel masih ingat, saat ibu guru bertanya siapa yang berani maju untuk memperkenalkan diri, ibu menyemangati Amel dari luar jendela. I remember seeing you smile proudly when I stepped forward, Ibu.

Ibu, Amel kangen sekali... Baru menulis sampai kelas 2 SD saja, air mata Amel sudah tak terbendung. Ibu... I hope we’ll meet again in heaven, like Allah promised. I want to hug you, to be with you every day. Let’s continue these memories in the afterlife, Ibu. Right now, my tears just keep flowing.

Ibu nanti kita lanjut yaa kenangannya.... air mata amel sudah tumpah tidak terbendung lagi... ibu amel sayang banget sama ibu... ibu insyaAllah Amel akan selalu berusaha untuk menjadi lebih baik lagi, biar kita bisa berkumpul di surga yang Allah janjikan itu bu....

Cilacap, 28 Desember 2024
22:52

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah yang Tak Lagi Sempurna

Me!!!!!

We Are Learners